Aku Bersetubuh dengan Pacar Mantan Ibuku
Tanpa sengaja malam itu aku mendengar pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku tentang aborsi yang dilakukan Mama sebelum menikah dengannya. Rupanya Papa menemukan adanya hasil USG kandungan mama yang entah kenapa masih Mama simpan saja sehingga akhirnya ketahuan oleh Papa. Kalau mendengar tahun kejadiannya yang dibaca oleh Papa dari hasil USG itu adalah sekitar tahun 2000. Hal itu berarti terjadi pada waktu Mama baru setahunan menjadi janda dan aku masih duduk di kelas 6 SD, tentu saja belum mengenal Papa tiriku yang sekarang.
Walaupun
Mama akhirnya bisa meyakinkan Papa bawah peristiwanya itu terjadi jauh
sebelum mereka berkenalan, tetapi aku menjadi penasaran siapa laki-laki
yang telah menghamili Mamaku dan mengapa Mama menyimpan hasil USGnya
sampai sekarang. Kenapa Mama sama sekali tidak menceritakan mengenai
laki-laki ini padaku, padahal biasanya Mama selalu cerita mengenai
teman-teman lelakinya padaku karena bagi Mama siapapun nanti menjadi
suaminya harus bisa menjadi Papa tiri yang aku sukai. Walaupun Mama
tidak menceritakan sejauh apa hubungannya dengan tiap teman lelakinya,
tetapi aku yakin bukan mereka yang menghamili Mamaku.
Apakah Mamaku pernah jadi selingkuhan laki-laki lain yang sudah berkeluarga ?
Pertanyaan
itulah yang kemudian muncul di kepalaku karena hanya itulah yang bisa
menjelaskan kenapa Mama tidak bisa menceritakan kepadaku tentang
laki-laki tersebut.
Namaku
Karin, umurku saat itu adalah 23 tahun dan sedang menyelesaikan
pendidikanku di fakultas kedokteran universitas negeri ternama di
Jakarta. Sampai SMA aku menyelesaikannya di Bandung dan baru pindah ke
Jakarta setelah Mamaku menikah lagi dengan seorang dokter asal Jakarta
yang sekarang menjadi Papa tiriku. Mamaku sendiri seorang dokter
spesialis mata asal Bandung sedangkan Ayah kandungku juga seorang dokter
Ahli Penyakit Dalam dari Bandung juga.
Mamaku
bukan tipe orang yang punya pergaulan bebas, dia hanya punya sedikit
teman dekat yang umumnya berasal dari lingkungan sekolahnya sejak SD
sampai di bangku kuliah. Tetapi memang teman-teman dekatnya yang paling
banyak dan paling sering bergaul dengan Mama adalah teman-teman SMAnya.
Sepengetahuanku semua teman SMA Mama itu sudah berkeluarga karena sering
kali dalam beberapa acara aku dibawa Mama untuk bertemu keluarga
mereka. Dari sini aku mulai mengecilkan pilihanku pada tahun di mana
kejadian yang dipermasalahkan oleh Papa tiriku itu, terutama dengan
siapa saja Mamaku suka pergi.
Akhirnya
kecurigaanku mengerucut hanya pada satu orang saja, yaitu Oom Yanto,
seorang teman Mama yang memang sudah akrab bukan hanya dengan Mama tapi
juga dengan keluarga besar Mamaku sejak mereka sama-sama di bangku SMA.
Oom Yanto menikahi teman SMAnya yang juga merupakan teman dekat Mama,
bahkan anak-anak merekapun cukup aku kenal. Salah satu alasanku
mencurigai Oom Yanto karena aku ingat bahwa Oom Yanto lah yang paling
sering menjemput dan mengantar Mama kalau ada kegiatan dengan
teman-temannya Mama. Bahkan kadang-kadang Mama pamit keluar kota untuk
urusan dinas beberapa hari tapi yang menjemput dan mengantar pulangnya
adalah Oom Yanto.
Oom
Yanto memang sosok laki-laki idaman hampir semua wanita dewasa karena
selain sukses sebagai pengusaha, juga mempunyai kepribadian yang sangat
menarik dan tentu saja wajahnya yang lumayan dengan badan yang tinggi
besar. Tangan dan kaki Oom Yanto dipenuhi bulu dan muka yang ditumbuhi
kumis dan jenggot hingga terlihat seksi bagi sebagian wanita. Dia
merupakan pria yang ramah, mudah tertawa dan selalu bisa membawa suasana
menjadi lebih cair serta menyenangkan.
Aku
makin penasaran ingin memastikan apakah memang Mamaku dihamili oleh Oom
Yanto ini atau laki-laki lain. Hal ini menjadi sangat penting bagiku
karena akan mempengaruhi persepsi tentang Mamaku selama ini. Tapi
bagaimana caranya ? Pikiran ini lama-lama menjadi obsesi yang sangat
mengganggu konsentrasiku sehingga beberapa kuliahku nilainya menjadi
tidak memuaskan. Aku tidak berani bertanya langsung kepada Mamaku karena
kalau dia berbohong dengan jawabannya maka akan merusak hubungan kami
selamanya.
Akhirnya
aku memutuskan untuk menghubungi Oom Yanto lewat akun fesbuknya dulu
sebagai komunikasi awalku. Tidak terlalu sulit mencarinya karena akun
Oom Yanto memang tercantum dalam akun anak-anaknya yang sudah menjadi
teman fesbukku. Dengan hati-hati aku mulai menyusun langkah-langkah
untuk melakukan penyelidikanku, aku tidak mau salah langkah karena akan
merusak suatu hubungan silahturahmi yang sudah sangat lama terjalin
antara dua keluarga besar.
Pertama
kali aku coba meng-add Oom Yanto sebagai teman, kalau ini berhasil maka
akan memudahkan langkah selanjutnya. Tetapi kalau tidak berhasil maka
aku harus mencari jalan yang lebih sulit. Rupanya Oom Yanto mengenaliku
sehingga dia langsung meng-approve requestku. Sebagai pembukaan aku
mulai mengiriminya message berbasa-basi yang ternyata juga mendapat
tanggapan positif walaupun kadang-kadang jawabannya agak lama karena
kesibukkannya.
Setelah komunikasi
mulai terbuka aku mulai maju ke langkah kedua yaitu mencoba mencari
tahu bagaimana hubungan pertemanan Oom Yanto dan Mamaku pada saat 10
tahunan yang lalu dan sekarang. Dari jawaban-jawaban Oom Yanto dugaanku
ternyata benar bahwa dulu mereka punya hubungan “istimewa” walaupun
tidak begitu jelas seberapa istimewanya.
Sebagai
langkah ketiga, aku berusaha untuk ketemu langsung dengan Oom Yanto
dengan menyampaikan bahwa aku banyak pertanyaan mengenai masa lalu
Mamaku yang aku anggap Oom Yanto cukup banyak tahu. Aku katakan bahwa
hal itu penting karena sekarang sedang ada masalah antara Mamaku dan
Papa tiriku tentang masa lalu Mama. Tentu saja aku tegaskan bahwa aku
hanya bisa membicarakannya saat berhadapan langsung dengan Oom Yanto.
Aku
cukup kaget saat Oom Yanto tanpa keraguan sedikitpun bersedia menemui
aku, bahkan saat kami mulai berkomunikasi di telepon untuk mengatur
waktunya, nada suara Oom Yanto sama ramahnya dengan nada suara yang dulu
sudah aku kenal. Oom Yanto juga menanyakan apakah pertemuan kami akan
dilakukan di-public area atau di-private area. Pertanyaan ini sempat
membuatku pusing karena kalau di private area aku masih kagok berduaan
dengan Oom Yanto, tapi kalau benar ternyata Oom Yanto yang menghamili
Mamaku maka sangat tidak bijak membicarakannya di public area.
Akhirnya
aku memutuskan untuk bertemu di private area saja karena bagaimanapun
akan menjadi lebih mudah bagiku untuk mengikuti perkembangan
selanjutnya. Tempat yang akan dipakai untuk pertemuan kami adalah sebuah
hotel berbintang di bilangan Mega Kuningan yang biasa Oom Yanto pakai
menginap kalau sedang ada di Jakarta. Sedang waktunya aku memilih saat
sedang jaga di rumah sakit, tetapi sebelumnya jadwalnya aku tukar dengan
temanku sehingga orang tuaku tidak akan curiga kalau aku pulang larut
malam karena kalau sedang berjaga kadang-kadang aku tidur di rumah
sakit.
“Oom
ini Karin, sekarang sudah sampai di loby hotel” Kataku saat menelpon ke
telepon genggamnya saat aku sudah sampai ke Hotelnya. Waktu saat itu
menunjukkan pukul 14:05, sesuai dengan waktu yang telah kami sepakati
karena aku adah kuliah pagi di RSCM.
“Okay
… saya akan jemput kamu ke bawah karena untuk bisa naik lift ke kamar
Oom harus memakai kunci kamarnya” Jawab Oom Yanto di teleponnya.
Dengan
berdebar-debar aku berdiri di depan lift, memandangi pergerakan setiap
lift dan orang yang keluar darinya. Tak lama kemudian Oom Yanto keluar,
pempilannya sekarang sudah agak gemuk dengan rambut yang lebih tipis
tetapi daya tarik lainnya masih sama. Terlihat dia sedikit celingak
celinguk mencariku, karena memang kami hampir tidak pernah bertemu lagi
selama 8 tahun. Aku segera menghampiri dan menyapanya terlebih dahulu
yang disambutnya dengan hangat.
Setelah
dia mencium pipi kiri dan kananku dia langsung mengajakku naik ke
kamarku. Tiba-tiba aku dilanda perasaan aneh yaitu perasaan yang hampir
sama seperti saat aku diajak oleh pacarku ke rumahnya yang sedang kosong
untuk petting. Aku memang bilang ke pacarku bahwa aku hanya mau
bercumbu dan petting di tempat-tempat yang bersuasana nyaman seperti
rumah atau kamar hotel.
Saat itu
kami melakukan petting dengan bertelanjang bulat seperti yang aku
janjikan kepadanya kalau dia bisa punya kesempatannya. Pacarku sempat
memaksa ingin melakukan penetrasi, tapi aku menolaknya bukan karena aku
tidak mau tapi aku mengingatkannya bahwa janjiku untuk kali ini adalah
bersedia melakukan petting sambil bertelanjang bulat dan tidak lebih
dari itu. Kalau dia ingin bersetubuh denganku maka harus cari waktu lagi
dengan syarat yang aku tentukan kemudian. Aku selalu diajarkan Mama
untuk selalu bisa mengendalikan laki-laki atau mereka akan mengendalikan
kita. Tetapi ternyata ceritanya jadi lain kalau berhadapan dengan Oom
Yanto.
Oom
Yanto menyewa kamar suite, sehingga kami bisa mengobrol sambil duduk
sofa dan kursi yang ada bukan di duduk ranjang seperti yang aku
khawatirkan sebelumnya. Hal ini tentunya melegakan aku tapi tanpa aku
sadari membuatku menjadi lebih lengah karena hal itu sebenarnya tidak
menghilangkan kenyataan bahwa aku tetap berada di dalam kamar tidurnya
Oom Yanto. Entah kenapa kami berdua sama-sama duduk di sofa walapun
sebenarnya masih ada satu kursi lagi. Di sana juga sudah tersedia
minuman dan makanan ringan untuk menemani obrolan kami.
Awalnya
aku bercerita dengan lancar mengenai pertengkaran Mamaku dan Papa
tiriku dan bagaimana aku menjadi terganggu karenanya. Oom Yanto juga
mendengarkan ceritaku dengan seksama tanpa perubahan ekspresi
sedikitpun. Tetapi kelancaran ceritaku tiba-tiba menjadi tersendat saat
aku harus mengajukan pertanyaan inti dari tujuanku bertemu dia. Wajahku
berubah menjadi sedikit kemerahan karena menahan campuran perasaan malu
dan penasaran.
“Begini Oom … Karin ingin Tanya kepada Oom” Aku coba membukanya dengan kalimat netral.
“Sok atuh apa yang akan kamu tanyakan “ Jawab Oom Yanto.
“Ta…tapi Oom jangan marah Ya ?” Kataku mulai gugup.
“Marah kenapa dan ke siapa ?” Balas Oom Yanto.
“Marah
ke Karin atau malah marah ke Mama, Karin sware bahwa Mama ga tau
kedatangan Karin ke sini” Lanjutku sambil mengangkat dua jariku seperti
janji pramuka.
“Oom janji tidak akan marah tanpa alasan yang benar-benar jelas” Jawabnya dengan ekspresi keheranan.
“Begini Oom …eeee…apakah …eh …begini…apakah O..Om yang menghamili Mama ?” Akhirnya pertanyaan itu terlepas juga.
Oom
Yanto merenung sebentar kemudian matanya melihat kembali padaku dengan
tetap tidak ada perubahan emosi yang drastis pada wajahnya.
“Apakah jawaban Oom sangat penting buat Karin ?” Dia malah sekarang balik bertanya
“Be..betul Oom, Karin sangat terganggu oleh pikiran itu sejak saat itu” jawabku sambil menunduk
“Baiklah
kalau memang Karin ingin tahu…. Oom mengakui bahwa memang sayalah yang
menghamili Mamanya Karin tahun 2000 itu” Jawab Oom Yanto dengan suara
lembut tapi tegas.
“Oom
juga yang membantu Mama untuk melakukan aborsi karena Mamanya Karin
saat itu belum merasa siap hamil tanpa ada suami, walaupun saat itu Oom
juga tidak akan menentang kalau Mama kamu ingin mempertahankannya”
Lanjutnya dengan ketenangan yang masih tetap sama.
Jawaban
itu memang sudah aku duga dan sesuai dengan harapanku, tapi tetap saja
perasaanku seperti dicampur aduk antara marah, sedih dan gembira. Marah
karena ternyata Mama berselingkuh dengan teman yang merupakan suami dari
temannya sendiri. Sedih karena ternyata Mama harus melakukan aborsi
yang tentunya merupakan pilihan yang sangat berat baginya saat itu.
Gembira karena selingkuhan Mama merupakan laki-laki yang aku anggap
pantas menerima cinta Mama yang saat itu memang sedang sangat labil
akibat perceraian dan juga ditinggal oleh Papanya Mama atau Kakekku.
Tidak terbayang olehku nasib Mama kalau terjatuh ke tangan laki-laki
yang lebih tidak bertanggung jawab.
Akhirnya
aku hanya bisa menangis tersedu-sedu setelah medengar pengakuan
langsung dari Oom Yanto yang keluar begitu saja tanpa harus aku paksa
sama sekali. Oom Yanto kemudian memelukku sambil beberapa kali
memberikan kecupan lembut pada kepalaku yang membuatku merasa lebih
tenang sehingga akhirnya aku balas memeluknya untuk bisa menangis di
dadanya yang bidang. Dengan lembut kepalaku di belai-belainya sambil
membisikkan kata-kata menghibur di telingaku.
Entah
berapa lama aku menangis di pelukan Oom Yanto, tapi sesudahnya badanku
benar-benar menjadi lemas tidak bertenaga sehingga hampir jatuh terkulai
di sofa. Oom Yanto lalu berinisiatif membopongku ke ranjangnya tanpa
bisa aku tolak dan membaringkanku di atasnya sambil melepas sneakers-ku .
Kancing atas bajuku juga dia longgarkan untuk memudahkan aku bernafas
karena hidungku mulai tersumbat ingus akibat menangis terlalu lama. Oom
Yanto sendiri kemudian berbaring di sisiku untuk membelai kepalaku
sambil sekali-sekali mengecup pipi, hidung dan keningku.
Setelah
aku lebih tenang, Oom Yanto bertanya apakah aku juga ingin tahu alasan
dan detail kejadian dari awal sampai akhir perselingkuhan Mamaku dengan
dia. Aku jawab bahwa aku sangat ingin tahu dan berharap Oom Yanto tidak
menghilangkan detailnya supaya aku bisa mengerti alasan Mamaku.
Oom
Yanto mulai bercerita bahwa hubungan mereka terjalin lagi setelah acara
reuni SMA. Hubungan yang dimaksud adalah curhat-curhatan karena waktu
masih sama-sama di SMA sampai kuliah Oom Yanto dan Mamaku adalah teman
yang sangat dekat walaupun tidak sampai pacaran. Pada saat terjalin
hubungan lagi setelah reuni sama sekali tidak terpikir untuk adanya
hubungan yang lebih jauh dari itu. Oom Yanto bahkan turut mensupport
Mama dalam setiap kencannya dengan pria-pria yang dijodohkan dengannya,
malah dia pernah juga turut menjodohkan temannya sendiri dengan Mama.
Entah
bagaimana pada suatu kesempatan akhirnya Oom Yanto dan Mama melakukan
hubungan badan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Walaupun tidak ada
komitmen, hanya didasari oleh hubungan persahabatan yang sudah lama
terjalin maka mereka menjadi tanpa beban untuk terus berhubungan badan
setiap kali saling memerlukannya sampai akhirnya Mama hamil. Aku juga
melihat dalam kehamilan ini Mama punya andil karena memang dia yang
meminta Oom Yanto untuk tidak menggunakan pengaman dengan alasan setelah
melahirkanku tanpa alat pengaman pun dia tidak pernah hamil lagi oleh
Papa kandungku sebelum kemudian bercerai. Tapi saat itu Oom Yanto belum
menceritakan bahwa Mamaku juga pernah berselingkuh dengan dosen
pembimbingnya yang dimulai saat dia masih menikahi Papa kandungku.
Cerita ini aku dapat setelah hubunganku dengan Oom Yanto berlanjut.
Aku
kemudian meminta Oom Yanto untuk menceritakan detail dari beberapa
kejadian yang dianggap penting dalam berhubungan dengan Mama karena
berharap dari detail itu apakah Mamaku adalah Mama yang aku kenal selama
ini. Cerita pertama tentunya adalah tentang bagaimana peristiwa
persetubuhan pertama yang berlangsung di rumah peristirahatan keluarga
Mama di Lembang bisa terjadi tanpa direncanakan. Seperti yang aku duga
dari sifatnya Mamaku, walaupun Oom Yanto yang pertama kali mencium bibir
Mama, tapi Mamalah yang pertama kali mengambil inisiatif meminta
berhubungan badan.
Cerita
Oom Yanto yang sangat detail mengenai tahapan persetubuhan yang mereka
lakukan pertama kalinya itu membuatku sampai merasa sedang mendengarkan
cerita roman dewasa yang sangat realistis. Aku juga tidak menyangka
mereka bisa tenang tetap bersetubuh walaupun sempat kepergok oleh Mamang
penjaga rumah yang datang karena kaget oleh lolongan nikmat orgasme
Mamaku. Oom Yanto juga bisa membuat Mama orgasme berkali-kali dengan
melakukan beberapa variasi posisi serta rangsangan-rangsangan tambahan
seperti memasukkan jari ke dubur Mama saat melakukan doggy style.
Nafasku
mulai memburu karena membayangkan hubungan badan yang dilakukan Mamaku
dengan saat petting yang aku lakukan dengan pacarku. Aku mulai merasakan
kedua putting susuku mengeras dan celana dalamku jadi lembab dan kulit
mukaku mulai merona merah menahan berahiku sendiri. Dengan gelisah aku
coba gesek-gesekan kedua pahaku satu sama lain untuk mengurangi
kegelisahanku itu.
Melihat
perubahan padaku Oom Yanto lalu mengecup bibirku yang tanpa aku sadari
jadi setengah terbuka sambil memegang pipiku. Setelah yakin tidak ada
penolakan dariku, tanpa ragu-ragu Oom Yanto memangut bibirku dengan
hangat yang aku balas tidak kalah mesranya sehingga akhirnya kami mulai
berciuman. Oom Yanto ternyata sangat pandai mencium, ciumannya bukan
saja enak dinikmati tapi juga memancing berahiku untuk ingin bercumbu.
Sambil
berciuman tangan Oom Yanto sudah masuk kedalam rokku untuk mengelus
paha dan pangkal pahaku tanpa perlawananku sama sekali bahkan aku mulai
menikmatinya. Tidak berapa lama kemudian aku malah membantunya melepas
rok dan celana dalamku dan memperbaiki posisi berbaringku agar bisa
merenggangkan kedua pahaku supaya Oom Yanto lebih mudah menyentuh
vaginaku.
“Ahhhhhh
….ahh…ahhhh…” Aku mendesah-desah saat tangan Oom Yanto dengan lincah
bermain-main di dalam bibir vaginaku dan mempermainkan kelentitku.
“Addduuuuhhh
…oucchhhhh ….” Aku menjerit kesakitan saat jarinya masuk masuk ke dalam
pangkal lubang senggamaku yang memang belum pernah dimasuki benda
asing.
Pada
hari pertama mereka berhubungan badan, Mamaku mengalami lima kali
orgasme dalam dua kali persetubuhan dari siang sampai sore, melakukan
anal seks sebagai selingan dan melakukan oral seks di mobil sepanjang
perjalanan pulang dengan menelan sperma Oom Yanto yang keluar tepat
dipintu garasi rumahku. Aku jadi ingat kembali kejadian waktu itu saat
menyambut kedatangan Mama yang setelah turun dari mobil Oom Yanto
mulutnya terasa sedikit berbau amis saat menciumku yang mungkin berasal
dari sperma yang ditelannya.
Petualangan
seks Mama yang sangat hebat dalam satu hari membuatku terhanyut dalam
gairah berahi mudaku yang memang sudah mulai mengenal kenikmatan seks.
Sehingga dengan mudah Oom Yanto melucuti bajuku satu persatu hanya
dengan memberikan rangsangan pada bagian tubuh yang tepat. Akhirnya
menjelang bagian akhir cerita hubungan badan mereka di hari pertama, aku
dan Oom Yanto sudah dalam keadaan telanjang bulat dengan tubuh Oom
Yanto menindihku menciumi bibir, kuping dan leherku sambil
menggesek-gesekkan penisnya pada vaginaku.
“Aduh Oom… Karin sudah mulai ga tahan ….” Maksudku adalah ingin mendapat lebih dari sekarang, tapi aku masih malu memintanya.
Oom
Yanto malah memelorotkan badannya untuk menciumi, menghisap dan
meremas-remas payudaraku yang membuat nafasku sesak seperti ada sesuatu
yang akan meledak dari dalam. Setelah puas menciumi payudaraku, bibir
Oom Yanto berpindah ke vaginaku. Kedua kakiku dinaikkannya ke bahunya
sehingga pahaku seperti menjepit kepalanya. Dengan lahap dia menjilati
vaginaku dengan lidahnya yang kasar, tidak ada satu bagian pun dari
vaginaku yang luput dari sapuan lidahnya. Lalu dia mainkan kelentitku
dengan lidahnya sebelum kemudian dihisap dan digigit-gigitnya yang
membuat badanku jadi melenting-lenting nikmat.
“AAARRRRRRKKKKKHHHHHHHHH…..”
Akhirnya aku mendapat orgasmeku yang pertama oleh seorang laki-laki
karena ternyata aku tidak mendapat kenikmatan yang sama saat petting
dengan pacarku.
Lidah Oom Yanto
bukannya berhenti setelah tahu aku mendapat orgasme, tapi malah
dilanjutkan dengan menjilati cairan yang keluar dari liang vaginaku.
Lidahnya juga mulai melakukan “penetrasi” yang membuatku benar-benar
tidak bisa lagi berpikiran sehat selain ingin dipuaskan kebutuhan
berahiku.
“Oomm
… setubuhi Karin seperti Mama…please … Karin udah ga tahan …” Racauku,
rupanya daya tahan dan kontrolku saat itu sudah bobol sehingga aku
melakukan persis seperti yang Mama lakukan; mengajak bersetubuh.
“Tapi kamu masih perawan Karin… Oom ga berani” Jawabnya dari arah selangkanganku.
“Oom ambil aja keperawanan Karin semau Oom…sekarang Karin hanya ingin bersetubuh” Balasku.
Oom
Yanto kemudian bangun sambil mengangkangkan kakiku lebar-lebar dan
langsung mengambil posisi tempur dengan memasukkan penisnya ke dalam
liang vaginaku yang sudah membengkak kemerahan.
“Aduuhhhh
…enak ooommm….enak sekali ooommm …” Aku merasakan campuran rasa sakit
dan nikmat yang amat sangat saat kepala penisnya mulai memasuki liang
vaginaku dengan berputar-putar perlahan.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSS ………..
Oom Yanto akhirnya memasukkan seluruh penisnya ke dalam liang vaginaku dalam sekali genjotan keras.
“Addduuuuduuuuuhhhh …. Sakiiitttt….ouchhhh….sakittttt…..Ohhhhhhhh…pelan-pelan Oooommm”
Mau
tak mau aku mengaduh kesakitan saat selaput daraku ditembus oleh
penisnya. Akhirnya keperawananku hilang oleh orang yang sama dengan yang
menghamili Mamaku, tanpa ada rasa sesal karenaaku memang
menginginkannya begitu saja.
“Ohhhh…ohhhh..ohhhh…sshhhh…shhhh…ohhhh..oohhhhhh” Aku terus mendesah dan mendesis saat liang vaginaku dipompa oleh penisnya.
“Teruskan ooommm…uuhhhh….uhhhh…aaahhhhh…uhhhh…nikmat sekaliiii”
Crok…crok…
crok …. crok … crok ….Bunyi becek dari cairan vaginaku terdengar sangat
seksi memacu gairahku semakin meningkat intensitasnya.
“Adduuuuuuuuuuuuh Oooooommmmmmmmm …..enak sekali rasanya”
CROK…CROK…CROK….CROK…CROK….
Bunyi itu terdengar semakin kencang dan gelombang kenikmatanku mulai datang bergulung-gulung .
“AAAARRRRKKKKKKKHHHHHHHHHHHHHHHHHH ……………..”
Aku
meraung nikmat saat puncak gelobang nikmat itu menghantam tubuhku.
Mataku terbelalak memandang pada orang yang mendatangkan kenikmatan ini
sebelum akhirnya kembali terpejam untuk menikmati sisa-sisa alunannya.
Oom
Yanto secara perlahan mengurangi frekuensi genjotan penisnya
disesuaikan dengan irama nafasku yang semakin teratur lagi. Kami lalu
berciuman dengan mesra sambil berpelukan dan melontarkan kata-kata
pujian atas nikmatnya persetubuhan babak kesatu ini.
“Ooomm..tadi oom sudah keluar belum ?” Tanyaku sambil memegang pipinya dengan penuh rasa sayang.
“Belum sayang, Oom belum keluar tadi” Jawab Oom Yanto dengan tersenyum sambil mencium tanganku yang mengelus pipinya itu.
“Nanti
Oom lepaskan di luar saja ya, kan Karin masih belum pakai proteksi dan
Oom juga ga bawa kondom karena ga menyangka akan bersetubuh dengan
Karin” Lanjutnya
“Keluarin di dalam saja Oom, Karin ingin merasakan yang Mama rasakan sehingga mau berkorban sampai hamil” Bantahku
“Tapi …” Oom Yanto terlihat ragu-ragu
“Ga
apa-apa Oom, nanti Karin akan minum Morning After pill…banyak kok di
bagian kebidanan” Kataku menenangkannya sambil mengelus-ngelus kepalanya
yang sudah botak.
Oom
Yanto kemudian membangunkanku sampai terduduk berhadapan dipangkuannya
dengan penis yang masih tertancap di liang vaginaku. Dia kemudian
memintaku melihat ke arah selangkanganku untuk melihat cipratan darah
perawanku yang masih menempel pada paha dan perutku. Dengan spontan aku
meraih blackberryku yang tergeletak di lemari pinggir ranjang untuk
mengambil gambarnya beberapa kali dari beberapa sudut yang memungkinkan
sebagai kenang-kenangan.
Setelah
membiarkan aku puas memotreti vaginaku sendiri dengan sumpalan batang
penis di dalamnya, Oom Yanto kemudian mulai menciumi payudaraku yang
cukup besar, meremas-remasnya dan menghisap-hisap putingku yang kecil
kecoklatan. Aku langsung diserang rasa geli yang amat sangat sehingga
mulai melenting-lenting nikmat. Lentingan badanku juga mengakibatkan
penis Oom Yanto jadi bergerak-gerak lagi dalam liang vaginaku.
Oom
Yanto kemudian membaringkan tubuhnya sendiri dan membiarkanku duduk
tegak di atas selangkangannya dengan posisi seperti orang menunggang
kuda. Aku dimintanya mulai bergerak naik turun yang aku turuti juga
walaupun agak canggung melakukannya karena merasa Oom Yanto sekarang
bisa menonton tubuhku yang telanjang secara utuh. Tapi rasa nikmat yang
kemudian aku rasakan membuatku melupakan itu semua, apalagi dengan
posisi ini aku bisa menentukan sendiri bagian mana dalam liang vaginaku
yang ingin “kebagian” penis lebih banyak karena lebih mendatangkan rasa
nikmat buatku. Oom Yanto juga membantu dengan mengangkat pinggulnya
setiap kali aku bergerak turun kebawah, membuat sodokan penisnya terasa
lebih mantap.
“Heehhhh….hehhhh….hehhh….hehhh….hehhh…”
Aku mendesah tertahan karena harus juga aktif bergerak naik turun
menjemput sendiri kenikmatanku.
Keringatku
bercucuran walaupun sebenarnya suhu ruangan cukup dingin karena AC
dipasang secara penuh. Demikian juga dengan cairan vaginaku yang mulai
mengalir deras di dalam liang sampai merembes keluar mengalir turun
melalui kedua pahaku.
HEHHHHH
….HEEHHHHHH….HEEHHHHHHHH…HEHHHH….HEEHHHHHHHH …Nafasku semakin memburu
dan gerakanku semakin tidak teratur karena merasakan orgasmeku akan
segera datang
Tapi
aku lihat Oom Yanto pun ekspresinya mulai berbeda karena terlihat
seperti menahan sesuatu dan tangannya yang memegang pinggangku mulai
bergerak-gerak dengan gelisah.
“Oommmmmmm…Karin udah mau dapet lagi !” Kataku setengah berteriak
“Saya juga udah mau keluarrrr” Sambut Oom Yanto
“AAAAAAAARRRGGGGGGGGHHHHHHHHH……..”
Kami berdua hampir berasamaan mengeluarkan suara raung kenikmatannya
saat berorgasme dan berejakulasi.
SRRRRTTTT…SRRRTTTTT….SRRRRTTT…SRRRTTTTT …SRRRTTTT …srttt…srrrtt ….srrrttt
Aku merasakan ada lima semprotan hangat yang tumpah dalam rahimku diikuti dengan belasan semprotan kecil.
Tanpa
menunggu selesai aku segera menundukkan badanku untuk menciumi Oom
Yanto yang dibalas dengan pelukan hangat. Kami terus berciuman dengan
saling melumat bibir dan memainkan lidah masing-masing. Di dalam liang
vaginaku kadang-kadang penis Oom Yanto terasa berkedut-kedut saat kami
berciuman yang membuatku merasa geli, tanpa sadar aku kemudian
membalasnya dengan melakukan kontraksi pada otot vaginaku sehingga
seperti meremas penis Oom Yanto.
Oom Yanto mengajakku berguling pelan-pelan sehingga sekarang kembali aku ditindihnya
“Bagaimana sayang ….kamu merasa nikmat ?” Bisiknya ditelingaku
“Enak sekali Oom…sungguh” Jawabku sambil kembali menciumnya dengan mesra
“Aaahhhhhh ….” Aku melenguh saat Oom Yanto menarik penisnya sampai terlepas
Kemudian
dia pergi ke kamar mandi dan kembali lagi membawa handuk yang sudah
dibasahi dengan air hangat. Dengan lembut selangkanganku di bersihkan
olehnya, terutama cairan vaginaku dan noda darah perawanku setelah itu
baru dia membersihkan penisnya sendiri.
Kami
terus mengobrol tentang masa lalu termasuk kabar mengenai keluarganya
Oom Yanto dan anak paling besarnya yang merupakan teman bermainku dulu.
Tidak lupa juga kutanyakan mengenai kabar teman-teman Mama lain yang aku
ketahui sering bermain bareng. Terus terang aku merasa aneh dengan
diriku sendiri karena merasa tanpa beban membicarakan hal itu
seolah-olah itu hanya bagian dari obrolan basa basi. Aku juga sudah
tidak merasa malu lagi bertelanjang bulat di depan Oom Yanto sambil
tanganku memainkan penisnya yang sudah kuncup.
“Karin
bisa temenin Oom malam ini ?” Tanya Oom Yanto dengan pandangan penuh
harap sambil mengusap-usap tubuh telanjangku yang langsung membuat
bulu-bulu tubuhku jadi berdiri karenanya.
“Memang
kalau Karin nginep mau diapain lagi ?” Aku balik bertanya dengan manja
sambil menaikkan kakiku untuk memeluk tubuhnya , tapi yang terpenting
vaginaku jadi bergesekan dengan pahanya yang penuh bulu.
“Oom
bisa ajarin semua gaya dan posisi bersetubuh yang pernah Oom lakukan
dengan Mamanya Karin, bagaimana ?” Jawabnya dengan senyum penuh arti
yang membuat jantungku seperti berhenti berdenyut.
“Kalau
begitu boleh deh … tapi Oom janji sedikitnya Karin dapat lima gaya
bersetubuh yang baru sampai besok pagi” Kataku dengan mimik pura-pura
mengancam.
“Sekarang aku mau telepon Mama dulu ya…Oom jangan bersuara” Lanjutku sambil mengambil teleponku sambil membelakangi Oom Yanto.
“Halooo Ma ?” Akhirnya aku tersambung dengan Mama
“Karin
malam ini tidak pulang sehabis giliran jaga, karena nambah shift sampai
pagi menggantikan teman….hhhhh” Pembicaraan dengan Mama menjadi sedikit
terganggu karena Oom Yanto malah memelukku dari belakang sambil meremas
payudaraku dan mengelus-elus vaginaku.
“Ya
Ma ….hhhhh …..Baik Ma …..ohhhhh …..Jangan dulu Ma ….uhhhhhh
….aduuuhhhhhh” Aku makin tidak bisa konsentrasi saat Oom Yanto mulai
mempermainkan kelentitku.
“Ga
ada apa-apa kok Ma …ahhhhh….a..aku hanya teleponnn…ohhh…. Sambil jalan”
Jawabku sekenanya saat Mama bertanya kenapa aku seperti terengah-engah.
“Udahhh….duluuu ya Ma…a.a.aku udah mau sampai ….luv yu Ma….” Akhirnya aku bisa mengakhiri telepon yang penuh gangguan berahi
Aku
segera membalik badanku sambil melotot kesal , tapi begitu melihatnya
tersenyum nakal kekesalanku segera hilang apalagi bibirku dipangutnya
untuk berciuman lagi.
“Oom nakal sekal….mmpppphhhhhhhhhh” Bibirku langsung dibungkam dengan ciumannya.
Kami
kemudian berpelukan sambil terus berciuman, gesekan demi gesekan dari
tubuh kami akhirnya membangkitkan kembali api berahi yang tadi sudah
padam. Oom Yanto langsung memasukkan penisnya yang sudah mengeras ke
dalam liang vaginaku saat badan kami masih berpelukan dengan rapatnya.
BLESSSSSSSSSSSSS ….
Penisnya masuk dengan mulus dengan satu dorongan kecil saja
“Uhhhhhhh……Oommm ….” Aku mengerang perlahan menikmatinya sambil mempererat pelukanku.
Posisiku
yang saat itu ada di bawah diminta merapatkan kedua kaki dalam posisi
lurus, sedangkan Oom Yanto kakinya mengangkangi aku sambil melilit atau
mengait kakiku dari luar. Pada posisi ini gerakan penisnya menjadi hanya
bisa naik turun karena terjepit oleh vagina sehingga setiap pergerakan
sangat terasa kenikmatannya. Sebaliknya, letak vagina yang seharusnya
menghadap ke bawah sekarang menjadi tertarik ke arah atas sehingga
setiap Oom Yanto menarik penisnya ke atas, aku merasa seluruh bibir
vaginaku turut tercerabut ke luar.
“Aduuhh Ooom … enak sekali rasanya…ohhh….hhhh.hhh.hhhh” aku mulai mendesah-desah kembali.
Oom
Yanto memompakan penisnya makin lama makin cepat, sedangkan tubuhku
yang dalam posisi “terjepit” hanya bisa pasrah menerima gempurannya yang
makin lama terasa makin nikmat saja.
“Oooohhh
… ohhhh….ohhhh….OOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH….” akhirnya aku kembali
mendapat orgasme hanya dalam hitungan beberapa menit saja.
“Enak ya sayang ? Vagina kamu jadi kerasa kenceng lagi ….” Bisik oom Yanto
“Iya
Oom, enaaaaaak sekali …penis Oom juga sangat terasa gesekannya di
dalamnya Karin” jawabku sambil menciumi keringatnya Oom Yanto yang
mengeluarkan bau sangat khas.
“Sekarang
kita coba anal seks ya sayang ? Mumpung cairan vagina kamu masih keluar
untuk dipakai sebagai pelumasnya” Kata Oom Yanto
Aku sedikit tertegun dan agak ragu-ragu, tapi aku tahu Mamaku juga melakukannya.
“Kalau
Karin ragu-ragu, ga apa-apa kok ga jadi juga … atau kalau kamu coba
terus ga suka, bilang saja sama Oom untuk berhenti” Sarannya ketika
melihatku ragu-ragu.
“Karin mau coba aja dulu … tolong Oom tunjukin caranya” Kuputuskan untuk mencoba aja dulu.
Aku lalu disuruhnya membalikkan badan dalam posisi menungging atau merangkak, akhirnya aku memilih posisi merangkak.
“Ahhhhh
…auhhhhh ….ahhhh” Aku kembali mendesah saat Oom Yanto memasukkan
penisnya ke dalam vaginaku sambil diputar-putarkan untuk mendapatkan
cairan vaginaku sebanyak mungkin menepel di kepala penisnya sebelum
diarahkannya ke lubang anusku.
“OOOOOOMMMMM
….SAKIIIITTTTT….ADUUUUUUDUUUUUH SAKIIIIIIT” Aku nyaris menjerit
histeris saat anusku ditembus oleh penisnya dalam sekali dorongan.
Saking sakitnya aku sampai mengeluarkan air mata dan mulai menangis
terisak-isak.
“Karin mau berhenti saja sayang ?” Kata Oom Yanto saat melihatku menangis kesakitan
“Te…teruskan aja dulu Oom…tapi pelan-pelan aja dulu ya …” Jawabku sambil menahan tangisku.
Dengan
menggigit bibir aku berusaha menahan sakit sementara Oom Yanto mulai
menggerakkan penisnya keluar masuk rectum melalui lubang anusku. Oom
Yanto terus menerus mengambil cairan vaginaku untuk melumasi lubang
anusku yang mulai terbiasa dengan masukknya penis ke dalamnya.
Lama-kelamaan rasa sakitku mulai berganti menjadi rasa nikmat yang bisa
dibilang aneh, karena berbeda dengan kenikmatan yang aku peroleh melalui
lubang vagina.
“Oooohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh” Aku mendesah sambil memejamkan mataku.
“Ahhhhhhhhhh….” Desahku ketika secara tiba-tiba Oom Yanto mencabut penisnya dari anusku.
BLESSSSSSSSSS ….
Dengan hampir tapa jeda waktu penis tersebut langsung masuk kedalam lobang vaginaku yang sudah menunggu di sana.
“UUUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH….” Aku melenguh dengan keras saat penis itu meluncur dengan cepat untuk menancap kedalam tubuhku.
Tanpa
menyiakan-nyiakan waktu, Oom Yanto langsung memompa penisnya kedalam
liang vaginaku dengan kecepatan tinggi. Mungkin dia sudah bosan bergerak
pelan-pelan saat menyodomiku tadi.
PLEK
…PLEK …PLEK …PLEK ….PLEK …langsung terdengar bunyi beradunya pantatku
dengan pangkal paha Oom Yanto yang sedang memompaku dari belakang.
Payudaraku yang menggantung ikut tergoncang-goncang dengan kerasnya.
“Auuuuhhhhhhhh….ooohhhhhhh….ohhhhhhh….enak
sekali Oommm…terus Oommmm…Ohhhhh” Aku kembali meracau nikmat dan sudah
melupakan pengalaman disodomi tadi.
Kenikmatannya mulai datang bergelombang, tapi Oom Yanto malah semakin meningkatkan kecepatan pompaannya .
“Ohhhh ….Ohhhhh…Ohhhh …..Ohhhhh….Ohhhh” Aku terus melenguh
PROKS
…PROKS…PROKS…PROKS… bunyi benturannya sekarang bertambah dengan
bunyi-bunyian becek akibat air vaginaku yang kembali keluar.
“Aahhhhh ….ahhhhhh …ahhhhhh….ahhhh…uhhhh” Lenguhanku makin lama makin kencang
Badanku
bergetar sangat hebat, tanganku hampir tidak mampu lagi menahan tubuhku
dalam posisi merangkak sehingga kadang-kadang aku harus dalam posisi
bersujud saat merasa lemas lalu kembali ke posisi merangkak bila sudah
merasa lebih kuat lagi.
“AARRRRRRGHHHHHHHHH …OOOMMMMMM….KARIN UDAAAAH….SAMPE” Teriakku sambil menampung rasa nikmat yang datang
“Saya juga mau keluarrrrr …..” Kudengar Oom Yanto juga akan berejakulasi
“OOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH …..”Aku melolong nikmat saat kurasakan ada semprotan-semprotan hangat di dalam tubuhku.
“Ahhh …Ahhh …Ahhh….Ahhh …hhh…hhh…hhh” Kali ini Oom Yanto medesah tertahan setiap kali semprotan spermanya keluar.
Kepalaku
sudah “nyungsep” di kasur karena kelelahan sebelum Oom Yanto melepaskan
penisnya dari vaginaku lalu rubuh berbaring di sampingku. Aku berusaha
merayap ke atas tubuhnya lalu kami berpelukan dan berciuman sambil
saling membisikkan kata-kata sayang.
Hanya
dalam tempo tidak lebih dari tiga jam, aku kehilangan keperawananku
sampai dua kali, yaitu robeknya selaput daraku dan penetrasi lubang
anusku oleh laki-laki sebenarnya lebih pantas menjadi ayahku. Tapi entah
mengapa aku hanya merasa seperti sedang bertukar sepatu saja dengan
Mamaku. Oom Yanto adalah “bekas” partner seks Mamaku yang sekarang aku
“pakai” sebagai partner yang akan mengajarkan seks padaku.
Pada
malam harinya kami melakukan makan malam yang cukup romantis di sebuah
restoran papan atas. Sebelum pergi kami sempat bersetubuh lagi sambil
berendam air hangat dan busa sabun di bathtub kamar mandi yang
dilanjutkan dengan oral seks di shower saat membersihkan badan. Oom
Yanto dengan posisi berdiri sedangkan aku dengan posisi berlutut didepan
penisnya. Aku dimintanya menelan seluruh air mani yang keluar yang
tanpa ragu-ragu aku penuhi begitu saja.
Setelah
kembali ke Hotel kami mencoba berbagai variasi dan gaya persetubuhan
yang sering dilakukan Mama dan Oom Yanto sebelum akhirnya kami tertidur
karena kelelahan dengan bertelanjang bulat.
Pada
esok paginya aku sudah disetubuhi Oom Yanto lagi dari arah belakang
saat aku masih terlelap tidur. Sedangkan sebelum chek-out, kami kembali
melakukan persetubuhan kilat dengan masih menggunakan baju lengkap
dengan meja kerja di kamar suite sebagai alasnya.
Semua
style yang kami lakukan adalah sama dengan yang pernah dilakukan Mamaku
dengan Oom Yanto. Sebenarnya saat aku berpisah dengan Oom Yanto, aku
bertekad untuk melupakannya dan mulai menjalani kehidupanku sendiri.
Tapi dalam kenyataannya aku susah sekali melupakannya, apalagi setelah
aku dapati pacarku tidak dapat memberikan kepuasan di ranjang kepadaku
seperti yang diberikan Oom Yanto dalam semalam.
Akhirnya
dengan alasan ingin napak tilas petualangan Mama, aku mengajak Oom
Yanto bersetubuh langsung di tempat-tempat di mana mereka berdua pernah
melakukannya dulu, termasuk rumah peristirahatan keluarga Mama di
Lembang dan rumah nenekku di Bandung. Biasanya kami membuat janji untuk
ketemu paling tidak sebulan sekali untuk bersetubuh.
Penjaga
rumah peristirahatan keluarga Mama hanya geleng-geleng saja saat
melihat aku membawa laki-laki ke sana untuk diajak berhubungan badan.
Untungnya Mamang penjaga rumah sudah tidak ingat lagi kepada Oom Yanto
sebagai laki-laki yang sama yang meniduri Mama dulu di sana.
Dari
aktivitas ini aku jadi mulai ingat kapan saja Mama dulu pamit kepadaku
untuk “dinas” beberapa hari, padahal sebenarnya dibawa oleh Oom Yanto
dalam perjalanan dinasnya ke beberapa kota di dalam negeri. Selain main
di hotel berbintang, ternyata mereka juga suka bermain di hotel-hotel
kecil di sepanjang jalan menuju Lembang sampai ke Ciater kalau sudah
kepepet ingin bersetubuh.
Walaupun
aku selalu meminum Morning After Pill setiap habis bersetubuh tapi
akhirnya aku sempat mengalami telat haid juga dengan hasil test pack
positif yang memaksaku meluruhkan janin benih Oom Yanto yang ternyata
sudah sempat berusia 6 minggu.
AKu
juga akhirnya memutuskan hubunganku dengan pacarku yang sama-sama
kuliah kedokteran karena dia selalu bertanya kenapa anusku bentuknya
mulai seperti corong yang lama-lama makin dalam yang dia lihat saat
menyetubuhiku dengan doggy style. Dengan pengetahuan medisnya bentuk
anus seperti itu hanya bisa di dapat apabila sering melakukan anal sex,
padahal aku dan pacarku tidak pernah melakukan anal sex, aku hanya
melakukannya dengan Oom Yanto saja.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerita Dewasa
dengan judul Cerita Sek Ngentot Aku Bersetubuh dengan Pacar Mantan Ibuku. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : Night.Dream
Ditulis oleh:
Unknown - Saturday, June 15, 2013
Belum ada komentar untuk "Cerita Sek Ngentot Aku Bersetubuh dengan Pacar Mantan Ibuku"
Post a Comment